BULETIN AL QUDWAH_Seringkali
kita melihat seseorang yang meningkat nilai ketaatannya kepada ajaran agama,
namun begitu tidak kelihatan (menghilang) beberapa waktu saja, tiba-tiba suatu
hari kita dikejutkan dengan keadaan ketaatannya sudah jauh menurun. Demikian
halnya keadaan kaum muslimin di awal bulan Ramadhan dimana hari-hari mereka
dipenuhi dengan ibadah dan ketaatan, kemudian bandingkan keadaan mereka
beberapa hari atau beberapa bulan setelah Ramadhan, kita akan dapati perbedaan
yang amat mencolok.
Memudar
dan melemahnya nilai ketaatan adalah
dengan meninggalkan ketaatan itu sendiri
atau tidak mempertahankan keutuhan nilai-nilai agama di dalam diri berupa
amal-amal shalih, akhirnya jatuh kepada perkara haram. Ada beberapa fenomena
yang dapat kita saksikan di tengah-tengah kaum muslimin berkaitan dengan
masalah ini, sebagai berikut:
1-
Tidak Hati-hati Dalam Berbicara dan Berjanji
Banyak
sekali orang yang mengeluhkan masalah ini. Masih sering kita jumpai seseorang
yang membuat janji kepada saudaranya sesama muslim, namun ia tidak menaruh
perhatian terhadap janjinya itu, bahkan sering kali ia langgar atau terlambat
menepatinya. Lebih parah lagi kadang kala ia malah meniatkan melanggar
perjanjian itu tanpa mempedulikan akibatnya dan tanpa memperhitungkan pahala
yang bakal diperoleh dari menepati janji. Lucunya terkadang ia malah menggerutu
bila janji-janji itu ditepati sambil mengolok: "Apakah kita harus berlagak
kebarat-baratan?" Apakah ia lupa atau pura-pura tidak tahu bahwa menepati
janji adalah salah satu keistimewaan kaum muslimin. Kalau tidak percaya,
silakan buka lembaran-lembaran sejarah dan biografi tokoh-tokoh Islam dalam hal
menepati janji. Perlu diketahui, ketika kaum muslimin meremehkan masalah ini,
musuh-musuh Islam justru mencaploknya. Sehingga sangat disayangkan bila mereka
mengambil intinya sementara kaum muslimin kebagian kulitnya saja.
BULETIN AL QUDWAH
2-
Terburu-buru Dalam Memvonis Tanpa Cek dan Ricek (Tabayyun) Terlebih
Dahulu
Berapa
banyak kita jumpai orang-orang yang menimbang dengan dua timbangan (tidak fair
dalam memvonis orang). Mereka membuat-buat tuduhan lalu menjatuhkan vonis
secara keji. Jika ditanya tentang alasannya, tanpa malu-malu mereka berkata:
"Begitulah dugaan saya!" "Kata orang demikian!" "Aku
dengar orang-orang berkata begitu!"
Bila
ditanya tentang seseorang, ia langsung memvonis "Ia seorang ahli
bid'ah!" atau yang lebih parah dari itu. Tanpa ragu ia memvonis fasik atau
memvonis kafir orang lain. Jika engkau tanya: "Siapakah orang yang memberi
tahu kamu hal ini, apa bukti kamu?" Ia akan terdiam seribu bahasa.
Apakah
mereka lupa atau tidak tahu bahwa tabayyun termasuk manhaj (prinsip) Ahlus
Sunnah wal Jama'ah? Simaklah firman Allah I berikut ini:
"Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka perik-salah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu." (Al-Hujurat: 6)
Sungguh
sangat mengherankan bila musuh-musuh Islam dengan beragam tingkatannya dapat
terhindar dari kebenciannya sementara saudara-saudaranya seiman tidak dapat
terhindar dari itu?!
Sikap
mereka itu mengingatkan kita kepada sindiran salah seorang tokoh salaf ketika
mendapati seseorang mencela saudaranya seiman. Ia katakan kepada orang yang
mencela itu: "Apakah engkau pernah memerangi pasukan Romawi?"
"Belum!" jawabnya. "Apakah engkau pernah berperang melawan
tentara Parsi?" tanya beliau lagi. "Belum!" jawabnya. Beliau
lantas berkata: "Subhanallah, musuh-musuh Allah dapat terhindar
dari gangguanmu sementara saudaramu seiman tidak!?" Lalu beliau membacakan
ayat:
"Maka
mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya."
(Al-Maidah:
74)
Tidakkah
mereka mengetahui bahwa setiap muslim akan dimintai pertanggungjawaban atas
seluruh ucapannya?
Allah I berfirman:
"Tiada suatu
ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir." (Qaaf: 18)
BULETIN AL QUDWAH
3.
Berlaku Aniaya Dalam Berdebat dan Tidak Memperhatikan Etika Dalam Berbeda
Pendapat
Sebagian
orang ada yang begitu tertambat hatinya dengan sebuah pendapat. Kadangkala ia
menetapkan wala' dan bara' atas dasar pendapat tersebut.
Konsepnya mengatakan: "Jika kamu tidak bersamaku, maka engkau adalah
musuhku!" Oleh sebab itu ia tidak mau bergeming dari pendapat itu meskipun
sejengkal, atau paling tidak mengatakan bahwa pendapatnya itu mungkin salah!
Kadangkala ia mencampuri masalah niat dan menebak-nebak isi hati orang lain.
Terkadang ia juga mendikte dengan apa yang sebenarnya tidak diyakini oleh
seterunya itu, atau dengan cara-cara keji lainnya.
4.
Mendengarkan Isu dan Kabar Dusta
Sekarang
ini banyak kita temui orang yang suka mendengar kiri kanan, suka mendengar
isu-isu dari setiap orang. Kemudian ia menyebarkan seluruh yang didengarkannya
tanpa rasa takut dan bersalah. Kadang-kala sebuah berita dusta yang bersifat
adu domba disampaikan kepada seseorang, lalu ia sebarkan berita itu seolah-olah
sebuah kebenaran yang nyata. Realita yang sering kita temui pada hari ini cukup
sebagai buktinya.
5. Pilah-pilih Amal Ketaatan
Yaitu
memilih amalan-amalan ketaatan yang sesuai dengan dorongan hawa nafsunya saja.
Dalam sebuah hadits Rasulullah r bersabda:
"Orang yang
bijaksana adalah yang mengoreksi dirinya dan segera beramal sebagai bekal untuk
hari Akhirat. Dan orang yang lemah adalah yang selalu memperturutkan hawa
nafsu, di samping itu ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala." (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
Oleh
sebab itu pula, sebagian orang hanya mengikuti kebenaran yang sejalan dengan
hawa nafsunya. Kalau tidak sejalan, maka ia akan menoleh ke kiri dan ke kanan
mencari tempat bersandar. Sebagian ulama salaf ada yang berkata: "Hawa
nafsu dapat menjadi ilah yang disembah-sembah. Kemudian ia membaca ayat:
"Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
ilahnya." (Al-Jatsiyah: 23)
BULETIN AL QUDWAH
6.
Menelantarkan Urusan Keluarga, tidak memperhatikan pertumbuhan keluarga dan anak-anak sampai kepada
kondisi yang diharapkan.
Seringkali
kita temui orang-orang yang sibuk dengan karirnya, sementara keluarga dan
anak-anaknya tenggelam dalam perbuatan dosa. Namun meskipun demikian, hatinya
tidak tergerak untuk merubahnya. Dengan dingin ia berkata: "Ah sudahlah!
Yang penting tidak mengganggu karirku." Kadangkala ia memergoki dengan
mata kepalanya sendiri kemungkaran itu, tetapi ia diam seribu bahasa. Begitulah
akibatnya jika sudah terlalu banyak berbuat dosa, kesadaran pun sulit tergugah.
7.
Tidak Teguh Dalam Menghadapi Problematika Kehidupan, Cobaan dan Musibah
Gemerlap
kehidupan dunia kerapkali menyesatkan banyak manusia. Sedikit demi sedikit ia
terseret ke dalam perbuatan haram. Tidak syak lagi, gemerlap dunia itu sangat
kuat pengaruhnya dalam menurunkan nilai ketaatan seseorang, atau bahkan dapat
menghilangkan nilai ketaatan itu dalam dirinya.
Tidakkah
engkau lihat, seseorang yang keluar dari rumahnya demi mencari sesuap nasi,
berbagai usaha pun dicobanya. Namun akhirnya ia terjerumus dalam praktek riba,
hingga jadilah ia orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya.
Contoh
lainnya, seorang yang bergelimang berbagai kasus penipuan dalam usahanya. Dan
masih banyak lagi perkara lain yang merupakan bentuk-bentuk melemahnya nilai
ketaatan.
BULETIN AL QUDWAH
8. Mengabaikan Hak-hak Persaudaraan
Sudah
barang tentu, ada beberapa hak yang wajib ditunaikan oleh seorang muslim kepada
saudara-nya seiman. Hal itu sudah disebutkan Nabi r dalam
hadits-hadits beliau. Terkadang seseorang mengabaikan hak-hak tersebut,
seakan-akan hak-hak persaudaran itu semata-mata ada jika menguntungkannya saja.
Sering kita temui sebagian orang yang melihat saudaranya melakukan perbuatan
maksiat dan dosa, namun ia bersikap acuh tak acuh saja. Atau ada seorang
saudaranya seiman yang meminta nasihat dan pengarahan darinya, atau meminta
bantuannya untuk menghilang-kan kesulitan, atau kepentingan-kepentingan
lainnya, namun ia tidak merespon hal itu sedikitpun, apalagi membantu
melepaskan saudaranya itu dari kesulitan! Tentu saja sikap semacam ini dapat
mencederai nilai ketaatan.
Realita
di atas sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, hal itu dapat kita
jadikan barometer dalam mengukur nilai ketaatan yang ada di dalam diri. Semakin
banyak hak persaudaraan yang kita abaikan, semakin lemah pula nilai ketaatan
kita.
Demikianlah
sampel dari beberapa fenomena yang ada dalam tubuh umat Islam sebagai indikasi
melemahnya nilai-nilai ketaatan mereka. Mudah-mudahan Allah I
melindungi kita dari fenomena-fenomena buruk di atas. (Diadaptasi dari www.
Alsofwah.com)
Buletin Dwi Jum’at ALQUDWAH
Diterbitkan Oleh
Divisi Penerbitan Dan Pers Pondok
Pesantren Islam Ulul Albab
Sekretariat
Jl. Pulau Sebesi No 38 Sukarame
bandar Lampung Tel 0721-782609
Download Buletin Al Qudwah Disini
0 Response to "FENOMENA PUDARNYAKETAATAN SEORANG MUSLIM"
Post a Comment